Late Post

8 Destinasi Wisata Religi di Palembang

1. Musium Alqur'an

Dipahat di atas kayu trembesi, dengan ukuran 177 cm x 140 cm x 2,5 m, Al Quran itu terpampang. Bait Al Quran Al Akbar namanya. Salah 1 dari 8 destinasi wisata religi di Palembang. Setiap ayat dibuat dengan huruf timbul berwarna kuning keemasan. Total terdapat 630 halaman yang dibuat dari sekitar 40 meter kubik kayu, Alquran raksasa ini memesona siapa saja yang melakukan wisata religi di Palembang

Alquran raksasa ini mulai dibuat tahun 2002 dan selama 7 tahun, Kiagus Syofwatillah Mohzaib  membuatnya dengan begitu tekun. Ketika jadi, alquran raksasa ini diletakkan di ruang pameran Masjid Agung Palembang agar pengunjung dapat melihat dan memberikan koreksi. 

Barulah pada tahun 2012, Bait Al Quran Al Akbar ini dipublikasikan secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Gandus, Jalan Pangeran Sido Ing Lautan Lrg Budiman, Kelurahan 36 Ilir, Palembang. Lokasinya tidak jauh dari Jembatan Musi II. Hanya sekitar 15 kilometer dari Kota Palembang. 

Bait Al Quran Al Akbar bukanlah destinasi wisata religi satu-satunya di Kota Palembang. Kota yang lebih terkenal dengan panganan khasnya yang terbuat dari ikan, yakni pempek, memiliki destinasti wisata religi lain yang tak kalah menariknya, yang sayang bila dilewatkan jika sudah mengunjungi Kota Palembang.

2. Masjid Agung Palembang

Setiap daerah tentu saja punya masjid yang menjadi ikon. Palembang punya Masjid Agung yang sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi Pemerintah.

Masjid ini punya sejarah yang panjang karena peninggalan Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo pada abad ke-18. Dulunya, masjid ini adalah sebuah masjid yang terbakar saat perang antara Belanda dengan masyarakat Palembang Darussalam pada tahun 1659 M. Dibangun kembali oleh Sang Sultan pada tahun 1738 dan baru selesai pada 26 Mei 1748.

Masjid ini memiliki ciri khas perpaduan tiga kebudayaan yaitu Indonesia, Eropa, dan Cina. Letaknya yang berada di pusat kota, dekat dengan air mancur dan Jembatan Ampera, menjadikannya sebagai titik nol perjalanan wisata Kota Palembang. Mulailah perjalananmu di Kota Palembang dari sini!

3. Kawah Tekurep

Palembang memang terkenal dengan Kerajaan Sriwijaya. Namun, di Palembang juga berdiri Kesultanan Palembang Darussalam sebagai sebuah kerajaan Islam yang dipimpin oleh Sultan Abdurrahman (1659-1706).

Kawah Tekurep yang terletak di Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II Palembang ini merupakan komplek pemakaman Sultan Mahmud Badaruddin I. Keunikan dari Kawah Tekurep ini ada pada gaya arsitekturnya yang merupakan perpaduan dari gaya Melayu, India, dan Cina. Penamaan Kawah Tekurep itu sendiri disebabkan oleh bentuk atap bangunan makan yang seperti cungkup (kubah) terbalik berwarna hijau.

4. Masjid Cheng Ho

Menyeberangi Jembatan Ampera ke arah Jakabaring, sebuah masjid ikonik juga berdiri. Masjid Cheng Ho namanya. Masyarakat meyakini bahwa Laksamana Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Palembang untuk menyebarkan Islam (selain berdagang).

Lengkapnya, Masjid Al Islam Cheng Ho Sriwijaya, didirikan pada September 2005. Keunikan masjid ini adalah arsitekturnya yang menyerupai bangunan Cina pada umumnya, dengan dominasi warna merah. Di masjid ini pun terdapat dua menara yang masing-masing diberi nama Habluminallah dan Habluminannas. Kedua menara tersebut bertingkat lima yang melambangkan jumlah waktu salat dengan tinggi 17 meter sebagai perlambang jumlah rakaat pada kelima waktu salat tersebut.

5. Masjid Kiai Muara Ogan

Ulama paling terkenal di Palembang bernama Kiai Muara Ogan. Salah satu kisah karomahnya menghinggapi benak masyarakat Palembang.

Nama lengkap beliau adalah Kiai Masagaus Haji Abdul Hamid. Beliau hidup pada tahun 1801-1901 ketika Palembang masih dijajah Belanda. Pernah suatu kali Kiai Muara Ogan ditantang Tuan Belanda yang resah dengan kiprah Sang Kiai dalam menyebarkan agama Islam. Tuan Belanda tersebut menantang ucapan Kiai yang menyebut bahwa di mana ada air pasti ada kehidupan sambil menunjuk buah kelapa.

Sang Kiai menjawab tidak ada yang tidak mungkin kalau sudah kehendak Allah. Maka, kelapa itu pun diambil dan dibelah. Seekor ikan seluang berenang di dalam kelapa tersebut.

Di masjid inilah, Sang Kiai dimakamkan sehingga banyak orang datang berziarah. Masjid Kiai Muara Ogan ini terletak di pinggiran sungai Musi, sehingga bagi yang berwisata pun bisa mencapainya melalui jalur air juga, naik getek sambil merasakan ayunan gelombang Sungai Musi.

6. Kampung Almunawar

Di sinilah Kampung Arab di Kota Palembang. Lokasinya di Lorong Almunawar, 13 Ulu, Palembang. Di tepi sungai Musi, kampung ini terjaga keotentikannya sehingga ditetapkan sebagai objek wisata. Kampung yang dinamai dari seorang habib bernama Habib Hasan Abdurrahman Al-Munawar ini berusia sekitar 250 tahun ini menjadi Kampung Adat Terpopuler lho. Bila datang dalam waktu yang tepat, kamu bisa juga menyaksikan atraksi musik gambus di kampung ini. Jangan lupakan pula kulinernya. Kampung ini menjadi bukti percampuran budaya Arab dan Melayu Palembang bisa terjadi.

7. Ziarah Kubro

Nah, jika kamu ingin berziarah ke tempat-tempat di atas, datanglah menjalang Ramadan (Disclaimer: Jika Covid-19 masih belum reda, tidak usah berwisata dulu, ya). Ada acara Ziarah Kubro atau Ziarah Kubur yang merupakan kegiatan berziarah massal ke makam-makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam.

Hanya laki-laki yang boleh menjadi peziarah. Pakaian yang dikenakan pun harus serba putih.

Ziarah bermula dari Masjid Darul Muttaqien, Pasar Kuto menuju makam Habib Aqil bin Yahya dan Habib Achmad Syech Shahab dilanjutkan ke Pondok Pesantren Ar-Riyadh di 13 Ulu. Ziarah belanjut ke makam Pangeran Syarif Ali BSA di 5 Ilir kemudian ke Kawah Tekurep dan berakhir di Pemakaman Auliya’ Kambang Koci di 5 Ilir.

8. Pulau Kemaro

Tidak hanya wisata religi bagi umat Islam saja, Palembang juga punya Pulau Kemaro yang berdiri sebuah kelenteng. Saat Cap Go Meh, Pulau Kemaro ini ramai sekali dikunjungi oleh wisatawan.

Keunikan Pulau Kemaro sendiri bukan pada kelentengnya. Namun, pulau itu sendiri unik karena ada di tengah-tengah sungai Musi. Dinamai Kemaro karena di sana selalu kering, tidak ada sumber air.

Di tengah pulau Kemaro terdapat sebatang pohon bernama Pohon Cinta. Siapa pun yang menuliskan namanya di sana, konon, akan abadi hubungannya.

Namun, bertolak belakang dengan mitos pohon tersebut, Pulau Kemaro sendiri memiliki cerita keabadian yang pedih. Adalah Tan Bun Ann dan Siti Fatimah, dua insan beda etnis dan beda agama (Budha dan Islam). Dua orang tersebut terjun ke Sungai Musi akibat salah paham pada isi gentong yang diniatkan sebagai hadiah. 

Untuk menghindari bajak laut, bongkahan emas di dalam gentong ditumpuk dengan sayuran. Tan Bun Ann membuangnya karena merasa itu sayuran. Lalu Tan menceburkan diri untuk mencari emas tersebut setelah paham ia keliru. Melihat Tan tak muncul juga, Siti Fatimah yang merasa bersalah hendak menyelamatkannya. Namun keduanya tak pernah muncul ke permukaan. Di tempat mereka tenggelam itulah muncul gundukan tanah yang kini menjadi Pulau Kemaro.

Bagaimana, menarik bukan? Palembang memang punya destinasi wisata religi yang masih jarang diketahui banyak orang. Palembang bukan cuma tentang pempek dan Jembatan Ampera, tapi menyimpan banyak kisah lain yang asik buat dipelajari

No comments

Hubungi Kami